Si Penyelamat Hati..

Aku kini menulis kembali..
Sabtu, 3 Oktober 2015.. pukul 13:08
Q putuskan ut membuka blog ini lagi..
Maafkan aku yang kini kembali seperti ini lagi..
Aku hanya tak ingin karya yang berhasil ut menguatkanku melalui syairQ hilang dari berkas jiwa.
Aku tahu tentang masa laluQ..
Aku tahu tentang rasa itu..
Aku tahu tentang lidah yang berucap ut meninggalkan ruang maya ini..

Tak ku sangka blog ini akhirnya terbuka saat aku menuliskan password di dlm kotak putih itu.
Ternyata aku belm memblokirnya.. Ya.. akupun kurang ingat.
Akupun melakukan yg seharusnya..
Aku menghapus semua syair terdahuluku..
Aku bahkan tak membacanya lagi..
Aku hanya ingin menghapusnya! Ya.. aku ingin menghapusnya..
Hingga ruang mayaQ kini akan di isi oleh insan yg kini telah mengobatiQ..
Hingga ruang maya ini akan melukis wajahnya dgn warna yg lebih indah..
Dan Kegelapan itu....... mereka tak akan kembali..
Dan noda akan masa itu.... Ya! mereka akhirnya mati.

Ku hela nafas sambil mengganti posisi baringQ..
Tuhan, aku akhirnya melewati ini..
Ya. aku akhirya memiliki alasan ut kembali bersyair..
Sebenarnya aku ingin slalu bersyair seperti dulu..
Aku selalu ingin membuat huruf2 kecilku mejdi hidup selamanya..
Aku selalu ingin memenuhi ruang mayaku dgn kisah yg meratau..
Aku selalu ingin melukiskan sebuah nama di relungku..
Namun, jika aku hanya akan menuliskan nama sserg yg membuat masa lampauku menangis,
Untuk apa???
Jika aku tak memiliki alasan lain selain ia?? Untuk apa?
Ya! Untuk apa aku bersyair terus.. Untuk apa ut sll terkurung dlm masa yg melilit hatiQ hingga hancur?

Namun sekarag akhirya aku memiliki alasan itu..
AQ akhirnya punya alassan lain yg lebih mencetak senyumQ d wajah dunia..
Aku akhirnya tak harus ketautan saat buih syairku kembali meledak sesukanya d seluruh otak..
Tuhan akhirnya memberiku satu nama lagi..
Tuhan akhirnya menjamah doaku walaupun penantian terasa tak berakhir..
Tapi akhirnya ia menyembuhkanku..

Tulislah ini Kesayanganku..
Tatapmu sll membuat jiwa ini bertanya..

Akankah kau tau alasan dari kisah ini?
Akan kah kau ingin tahu mengapa angin meniupkan jemari ini ut kmbli menulis di sini? di laskar maya yg tadinya ingin ku tutup rapat pintu-pintunya?

Kau melakukan sesuatu di luar nalarku..
Kau membuat tangan yg kaku kembli merasa ingin menggenggam..
Kau membuat hati yg beku kmbali mencair dan mengaliri kisah-kisah kita..
Kau menyembuhkanku..
Dan itulah kelebihanmu yg luar biasa indahnya..
dan itulah kelebihanmu yg membuatku sadar bahwa aku mash pantas ut dicintai..

Wahai Sang Penyelamat hati..
Aku mungkin tak menuliskan namamu di sini..
Tulisan ini mungkin hanya akan mewakili koma dan titik..
Mereka hanya bias-bias perasaan yg ingin terpahat diingatan.
Ingatkah saat-saat ittu??
Ingatkah akan kabut di puncak batu itu?
Kau pernah mengukir nama-nama itu di sana..
Dan aku?? aku bernafas dan berkedip di tengah-tengahnya..

Angin gunung kala itu membuat suaraku memelan..
Kau menatapku.. kemudian berpaling ke alam semesta.
Kini aku tak berbisik lagi padamu..
Namun aku berhenti!
Ya. Berhenti di hatimu..

Remember


By : Yun Sarneeta

Senja baru saja menyapa cakrawala. Ku tatap lorong asrama yang sepi. Asrama sebelah tampak ramai. Suara tawa terdengar hingga ke jalanan. Ku keluarkan buku catatanku di barengi wajah kusut karena tidak tidur sejak semalam. Tampak wajah Rere muncul dari balik gerbang. Wajah jengkelnya tampak semakin terang saat melihat wajahku yang kusut.
“Hah, jangan bilang kalau semalam kau tidak tidur lagi?”, sahutnya sambil mencampakkan belanjaannya di lantai seraya duduk di sebelahku. Ku angkat keningku sebagai isyarat bahwa aku tidak ingin menerima banyak pertanyaan. Rere menghela nafas dengan perasaan bersalah. “Baiklah, aku akan ke kamar menaruh belanjaanku dan kembali ke sini. Jangan lakukan hal yang aneh-aneh”, perintahnya sambil beranjak meninggalkanku. Ku palingkan kepalaku mengikuti langkah Rere yang semakin meredup tertelan lantai asrama. Ku ambil catatanku dan menaiki tangga. Pemandangan langit menyambutku saat aku tiba di atap. Rere adalah salah satu senior yang tinggal di asrama ini. Aku heran mengapa dia sangat peduli padaku. Hah, dunia ini menjadi semakin rumit saja. Ku teruskan langkahku menyusuri pinggiran semen di atap.
“Yun!!!!!!!!”, teriakan Rere membuat kepalaku berpaling ke arah tangga dengan cepat. Rere buru-buru mendatangiku, ia tampak ngeri melihatku berdiri persis di ujung tepian lantai atap asrama. Ia terlihat menjaga jarak.
“Apa yang kau lakukan, kemarilah”, bujuknya. Aku hanya memikirkan sesuatu. Aku cukup waras untuk tidak melompat dari atas asrama, mengapa ia begitu berlebihan?, pikirku. Aku melompat kecil sambil berjalan pelan ke arahnya. Ia buru-buru menarikku dan mengajakku duduk
“Ingat dengan janjimu tadi bahwa kau tidak akan kemana-mana?”, sahutnya jengkel sambil mengunyah permen karet yang di ambil dari kantung jaketnya.
“Aku tidak berjanji padamu”, sahutku pelan.
“Ayolah Yun, kau harus move on, jangan begini terus. Kau tidak ingin kembali ke sana kan?”, nasehatnya padaku dengan nada khawatir.
“Umm”, jawabku sambil memasang headset ke telinga kiriku. Ku palingkan mataku ke pojok kiri atap. Sedikit demi sedikit aku mulai mengingat bagaimana aku melompat dari sana empat bulan lalu. Yah, begitulah Rere memberitahuku saat aku sadar. Waktu itu aku mabuk berat hingga tak ingat apapun.  Sejak saat itu, semua orang di kampus dan di asrama menganggapku gila. Mereka bahkan membawaku ke tempat penampungan. Baru dua minggu yang lalu aku keluar dari sana. Entahlah, aku hanya ingin mereka mempercayaiku, itu saja.
“Haahhhhhhh”, desahku sambil berbaring di lantai.
“Hei, seseorang ingin menemuiku di bawah kau tak apa ku tinggal sendirian?”, tanya Rere sambil beranjak ke posisi berdiri.
“Aku ingin ke toko”, jawabku sambil beranjak menuruni tangga.
Jalanan sempit menyambut tiap langkah kaki yang tercetak. Kata Ibu, ada yang akan mengunjungiku jumat ini. Seorang teman lama. Ku angkat pandanganku ke langit saat suara pesawat menghiasi pendengaran. Aku ingat pesawat itu. Tapi entahlah, itu terlalu sulit.
“Hei, kau”, kepalaku berpaling ke arah suara itu.
“Kau…….”, aku masih hendak berpikir lebih lama.
“Hah, aku lupa keadaanmu. Icha”, sahutnya.
“O..Ohhh!!!”, jawabku. Aku ingat dia sekarang. Dia adalah salah satu teman baikku. Kami berteman sejak penerimaan mahasiswa baru di kampus. Dia tinggal di asrama sebelahku.
“Bagaimana kabar yang lainnya?”, tanyaku bersemangat.
“Hah! Sekarang kau menanyakan kabar mereka?? Aku bahkan tidak yakin kau bisa menyebut nama-nama mereka satu per satu. Kau tahu? Gara-gara kau, nilai kami ujian kemarin anjlok semua! Gerakanmu terlalu lambat untuk praktek lapangan”, sahutnya. Makin lama, intonasinya semakin mengintimidasi.
“Maaf, aku hanya, aku hanya tak mau menyusahkan kalian”,  ungkapku merasa bersalah.
“Hah!! Minta maafnya sudah terlambat. Kau mau tahu caranya agar aku dan yang lainnya bahagia? Menjauhlah dari hidup kami!”, Icha berjalan melewatiku begitu saja. Aku masih berdiri di sana, aku hanya merasa…..
“Maaf, harusnya aku tak berbicara dengan orang gila”, sembur Icha kembali saat melihatku masih berdiri tegak di tengah jalanan.
Tuhan, aku hanya sakit sesaat bukan? Mengapa mereka semua kini menjauhiku pula? Bukankah mereka berkata bahwa kami adalah teman? Bahwa mereka rela menerimaku apa adanya? Aku cuma sakit sesaatkan? Apa yang salah denganku? Ku coba menelusuri nalarku dan mencari nama teman-temanku di sana. Ya Allah, aku tak tahu siapa nama-nama mereka. Aku terlalu sulit untuk memikirkan itu. Aku hanya butuh waktu. Aku hanya—
***
Cahaya lampu membuat mataku perih. Ku kedipkan mataku beberapa kali dan mendapati diriku sedang berbaring terbalut selimut tipis. Udara AC yang khas tercium dan rasa keram karena infus di tangan kananku mulai terasa. Rasa kaget dan penasaran membajak seluruh tubuh. Aku bangkit dan memalingkan kepalaku ke kiri dengan gerakan cepat dan seseorang menangkap tubuhku di sana.
“Tenanglah..”, katanya sambil membelai kepalaku dengan lembut. Mataku mulai menyusuri tiap garis wajahnya. “Tenaglah sayang, tenganglah..”, sahutnya kembali dengan lembut.
“Aaa..”, otakku masih berpikir keras. Aku mengenalinya. Yah,aku pernah bersamanya di suatu tempat. Mungkinkah ?
“Ibu?”, sahutku ragu-ragu.
“Akhirnya. Kemarilah Nak”, hangat tubuh Ibu membuatku merasa tenang. Aku bisa merasakan kekhawatiran yang membelenggunya. Aku tak ingin menyusahkannya lagi. Sudah tiga kali ia harus terbang dari kampung halamanku ke sini hanya untuk melihat keadaanku saja. Entahlah, aku bahkan membayangkan bagaimana rasanya jika anakmu tak mengenalimu sama sekali. Ada apa denganku?
“Maafkan aku Ibu”, ungkapku saat pelukannya mulai mengendur. Di usapnya rambutku dengan lembut.
“Senang melihatmu baik-baik saja”, ucapnya sambil tersenyum. “Oh ya, kemarin Faya yang membawamu ke sini”, sambungnya sambil mengupas pisang kemudian memberikannya padaku.
“Ha? Faya?”, tanyaku semakin bingung.
“Iya Nak. Kamu pingsan hampir dua hari. Sebentar lagi pukul sepuluh malam”, jelasnya sambil tersenyum.
Nalarku kembali ke sana. Ke suatu tempat yang penuh dengan keegoisan akan yang terjadi pada diri ini di masa lalu. Aku kembali mengingat pesawat itu. Sebuah tempat yang penuh dengan hamparan bintang dan langit malam. Seseorang yang aromanya sangat aku kenali, menyusul manisnya cokelat yang ia berikan padaku. Pesawat itu ada di sana. Munkinkah? Aku hanya begitu sulit mengingatnya. Seolah kau menulis penuh di selembar kertas kamudian angin menerbangkannya begitu saja. Begitu sulit mencarinya di dunia yang luas ini. Ku baringkan kembali tubuhku. Ku jelajahi tubuhku dengan tatapan bingung.
“Ibu!! Baju siapa yang aku kenakan??!”, seruku kaget.
“Oh, itu jaket Faya. Ia memakaikannya kepadamu sebelum suster membawakanmu selimut. Karena kau tidak sadar-sadar juga, makanya jaket itu tetap menempel di badanmu”, jelas Ibu sambil tersenyum. “Sebentar lagi dia kembali”, sambungnya sambil membereskan pakaiannya.
Masih terbalut kebingungan, ku lepaskan jaket itu dari tubuhku. Jaket merah hitam dengan tulisan salah satu club bola internasional di belakangnya. Seleranya bagus juga, fikirku sammbil meletakkan jaket tersebut di samping pembaringan.
“Ibu pulang ke rumah Om mu dulu yah, Faya sudah ada di tempat parkir. Nanti Ibu naik taxi saja”, jelasnya sambil mengecup keningku. Rasa penasaran dan tidak rela merambati tubuhku.
“Ibu ingin meninggalkanku?? Dengan…..”, raut mukaku mulai kusut. Ibu memandangiku dengan raut wajah tidak percaya.
“Kau, kau tahu Faya kan??”, tanyanya sambil mendatangiku lebih dekat.
“Ummmm, uummmm seorang teman lama. Iyakan??”, sahutku sambil tersenyum kikuk. Ibu mendesah. Raut wajah khawatir bercampur kasihan melihat putrinya dengan sejuta kekurangan. Oh Tuhan, aku hanya kebingungan. Aku dan Ibu terkejut saat pintu terbuka. Seorang pemuda masuk dan membawa dua kantung yang berisi roti dan buah. Posturnya lumayan, fikirku. Fayakah??
“Ah, kamu sudah datang”, seru Ibu bersemangat sambil tersenyum. Pemuda tersebut membalas senyuman Ibu. Dia manis, fikirku.
“Ibu pergi dulu ya? Kamu baik-baik”, kata Ibu sambil membelai kepalaku dengan lembut. Setelah itu ku pandangi kepergiannya dengan perasaan campur aduk. Pemuda tadi duduk di samping tempat tidur. Ya ampun, mengapa aku bisa segugup ini? Jantungku mau copot rasanya.
“Kau sudah makan?”, tanyanya.
“Ummm, belum. Aku baru sadar beberapa waktu yang lalu”, jelasku agak kikuk.
“Aku tahu. Senang melihatmu kembali”, sahutnya tersenyum sambil menggenggam tanganku. Ku pandangi ia dengan lekat. Mata itu, apakah aku mengenalnya? Tapi aku suka senyumanya. Spontan aku pun tersenyum. Pemuda itu tertawa melihat ekspresiku.
“Aku juga membawakan cokelat kesukaanmu, tada!!!”, ucapnya sambil memamerkan cokelat batangan yang kini telah menghiasi genggamanku.
“Terima kasih uummm Faya”, sahutku ragu-ragu. Pemuda itu menatapku sejenak kemudian membalutku dengan dekapannya. Aku seolah melihat sebuah tempat. Dimana hanya ada taburan bintang. Bulan enggan untuk muncul. Dan pesawat itu??
“Kau akan segera pulih Ca”, ada yang bergetar di ujung kalimatnya. Sedekat inikah aku dengan pemuda ini? Dan mengapa aku membiarkannya memelukku begitu saja? Spontan ku tundukkan kepalaku di pundaknya. Aromanya familiar. Aku seolah melihat sebuah ruangan. Ruangan yang penuh akan kedamaian diamana aku selalu tertawa dan melupakan sejenak kesedihanku. Tapi—
“Ku ambilkan makanan yah”, kata pemuda itu sambil membelai pipiku dengan lembut. Aku hanya mengangguk pelan sambil meneliti pemuda ini dari belakang. Entahlah, tapi aku merasa ia adalah pemuda yang baik. Aku hanya ingin semua kebingungan ini berakhir.
***
Udara di lorong terasa pengap. Sebentar lagi senja. Dua hari yang lalu aku keluar dari rumah sakit dan hari itu pula Ibu pulang karena harus mengurusi berbagai hal. Pemuda itu sering sekali mengunjungiku. Tapi mengapa hari ini ia sangat lama?? Rere baru saja duduk di sampingku saat pikiranku akan pemuda itu mulai menjadi-jadi.
“Kau pasti senang. Apakah Faya akan lama di sini?”, tanyanya.
“Aku tak tahu”, jawabku datar.
“Loh? Mengapa mukamu kusut seperti itu? Hhmmm, dia adalah pemuda yang baik”, ungkap Rere.
“Kau mengenalnya juga?”, tanyaku sambil menguyah cemilanku. Rere tampak terkejut.
“Jelas aku mengenalnya. Aku dan dia dulu adalah sahabat baik. Denganmu juga”, jelasnya sambil menatap lurus ke depan. Rambutnya yang pendek di permainkan angin.
Aku? Faya dan Rere? Berapa hal lagi yang orang lain tahu tentangku dan aku tidak? Apa sebenarnya yang di katakan orang-orang di rumah sakit saat aku—
“Eh, itu dia!”, seru Rere saat motor Faya baru saja terpakir di depan asrama. Aku ingat jaket itu. Jaket yang ku pakai saat di rumah sakit kemarin.
“Rere? Lama tak melihatmu”, sahut Faya sambil menjabat tangan Rere.
“Ah, aku juga tinggal di sini kan? Bagaimana kabarmu?”, tanya Rere kembali.
“Saya? Hmmm, seperti biasa, baik kok. Kamu?”, mereka terdengar akrab.
“Aku? Haha baik juga kok. Tampaknya kau sekarang sangat sukses”, goda Rere.
“Ah, belum maksimal sih tapi Alhamdulillah”, mereka mulai tertawa bersama. Ada kejanggalan di sini. Rasa aneh di batinku menjelma menjadi keegoisan. Ku tarik tangan Faya dan menuntunnya ke atap. Rasa aneh itu masih menguasai tubuhku. Setelah di atas barulah ku lepasnya tangannya. Astaga? Mengapa aku melakukan hal bodoh? Apa nanti yang Rere akan katakan? Dan Pemuda ini?. Ku langkakan kakiku ke tepian atap. Ku palingkan kepalaku ke arah Faya yang masih berdiri di sana. Satu senyuman menghiasi bibirnya. Aku suka senyuman itu. Lambat laun ia datang menghampiriku.
“Masih agak panas di sini. Mau jalan-jalan?”, tanyanya. Mukanya mengernyit karena cahaya matahari.
“Umm!!”,seruku sambil tersenyum.
Sambil bercanda kami mulai menuruni tangga. Rere sudah tak ada lagi di situ. Baguslah, fikirku. Kami mulai mengendara. Yah sekitar tiga puluh menit. Pantai tampak ramai oleh pengujung. Dia mengajakku ke pantai di tengah-tengah kota? Pemikiran yang bagus. Aku suka pemandangan laut, yah aku ingat kalau aku suka yang satu ini. Pemuda itu tersenyum sambil menggenggam tanganku menyusuri keramaian. Pada salah satu huruf-huruf besar yang menuliskan nama tempat itu ia mengajakku duduk.
“Hahhh, lamanya tidak ke sini”, ungkap kami dalam waktu yang bersamaan. Detik berikutnya kami saling berpandangan karena rasa terkejut yang mendatangi. Kami saling melepas tawa untuk menyamarkan rasa grogi.
“Kau ingat pernah ke sini?”, tanya Faya. Aku mengangguk.
“Aku pernah ke sini. Rasanya sudah lama sekali”, kataku sambil menghela nafas.
“Kau ingat dengan siapa kau datang?”, tanyanya kembali.
“Ummm, entahlah. Pokoknya aku pernah ke sini, aku yakin pernah ke sini”, jawabku sambil berpikir-pikir. Batinku kembali bergejolak. Aku tahu tempat ini. Hanya saja waktu itu terlihat lebih gelap. Aku ingat saat aku duduk di patung huruf yang sama. Aku ingat saat—
“Ini untukmu”. Sebatang cokelat yang masih terbungkus rapi. Faya tampak berdiri di sampingku. Dengan raut muka malu-malu ku ambil cokelat itu dari genggamannya.
“Sejak kapan kau membelinya?”, tanyaku.
“Ummm, baru saja!”, ucapnya sambil senyam senyum. “Kau begitu sibuk hingga aku beranjak ke toko seberang pun kau tak tahu. Apa yang sedang kau pikirkan?”, sambungnya seraya duduk di sampingku. Ku buka bungkus cokelat yang ku pegang sambil bercerita.
“Entahlah, aku seolah-olah teringat sesuatu. Seperti sebuah tempat yangmengingatkan aku pada sesuatu yang penting. Tapi aku tak ingat peristiwa seperti apa. Aneh”, ungkapku sambil menguyah cokelat yang kini ku sodorkan padanya pula.
“Kau tak usah memaksakannya”, balasnya sambil menerima coklat yang ku sodorkan.
“Kau tahu, aku ingin menanyakan sesuatu”, Faya memperbaiki letak duduknya sambil memasang raut wajah sebagai pengganti “oke”.
“Kau mengenal Rere?”, tanyaku.
“Yah, aku mengenalnya karena kami dulu sama-sama KKN, dia orang yang pernah ku ceritakan padamu”, ungkapnya membuatku semakin bingung. Kapan ia cerita mengenai Rere padaku? Dan mengapa aku merasa perlu tahu? Haruskah aku bertanya apa hubunganku dengannya hingga terlihat sedekat ini?
“Kau? Cerita padaku? Rere?”, kataku bingung. Ia mengginggit bibirnya sejenak.
“Yah, dialah teman KKN yang selalu rajin membuatkan kopi untukku tiap pagi, bertanya apakah aku tidak kelelahan, memasakan sesuatu untukku, yah dan hal-hal semacamnya”, jelasnya padaku.
“Aa!! Wanita itu yah. Cinta KKN”, aku ingat bagian ini. Ia pernah bercerita tentang ini. Aku lupa kapan.
“Hahaha”, semburnya sambil menggenggam tanganku.
Malam kini menjemput. Setelah melakukan ibadah di mesjid terdekat, kami pun kembali ke pantai. Pulau yang tidak begitu jauh di seberang tampak tak terlihat di kegelapan.
“Aku ingin ke sana”, ungkapku pada Faya sambil menunjuk bayangan pulau yang terlihat samar di keremangan. Faya tampak terkejut.
“Yunita, kau ingin ke sana?”, tanyanya dengan nada pelan “Mengapa?”.
“Ummm, entahlah. Aku merasa kalau aku pernah mengalami sesuatu yang menyenangkan di tempat itu. Kalau memang sulit untuk ke sana kita tidak usah pergi—“.
“Ayo ke sana!”, serunya bersemangat. Ku balas senyumannya dan membiarkan ia menggenggam tanganku hingga ke tempat parkir.
Malam ini langit kembali menunjukkan pesonanya ke seluruh isi bumi. Ku pejamkan mataku saat terpaan angin mulai menerbangkan oksigen ke permukaan kulit. Laju motor yang pelan dan suasana yang familiar membuatku merasa semakin nyaman berada di sisi pemuda ini. Aromanya membuatku teringat sesuatu. Sesuatu yang besar. Sesuatu yang ku pikir telah aku lewatkan sejak ratusan hari lamanya. Tuhan? Mengapa harus ada kabut jika ia hanya akan membuat buta? Mengapa harus ada rasa dingin saat angin sudah cukup menyiksa dengan terpaannya yang keras? Terasa tekanan ringan di otak kiriku. Motor baru saja membelok dan memasuki sebuah kawasan sepi. Banyak motor dan orang di sekitar situ. Tapi semuanya berpasang-pasangan. Faya menghentikan motor persis di tepian dermaga tidak sempurna itu. Mataku berkedip kagum saat pijar lampu pantai di tengah kota terlihat begitu indah di seberang pulau ini. Hotel-hotel tinggi pun terlihat menawan dengan lampu berbagai warna. Cahaya alam berpadu dalam refleksi yang membaur dengan genangan air laut yang naik turun. Aku ingat ini! Yah, aku ingat!! Aku ingat saat pemuda itu membasuh air mataku dan berkata bahwa aku harus tegar saat ia pergi!! Aku ingat saat dimana ia mendekap tubuh mungilku dan berkata bahwa menemuiku adalah anugerah terbesar dalam hidupnya, aku ingat saat dimana ia berkata untuk pertama kalinya bahwa ia tidak sanggup membayangkan apabila ia terbangun di pagi hari dan ia tidak melihatku di sekitarnya. Aku ingat! Aku ingat!! Aku ingat saat dia menemaniku menghitung pesawat di atap saat peasaanku mulai kalut! Aku ingat senyuman itu, aku ingat! Faya tunanganku? Aku ingat saat aku—
“Faya!!”, seruku. Detak jantungku berdebar dua kali lebih cepat. Nafasku naik turun terbawa perasaan yang campur aduk. Aku ingat saat Faya telah berjanji untuk datang dan dia tidak ada di sana! Dia tidak ada di sana saat aku begitu kalut karena harus merelakan kepergian ayahku ke pangkuan-Nya. Aku ingat saat ku biarkan diriku tersiksa dengan botol-botol minuman itu. Ia sudah janji kan?? Aku ingat….. Ia telah berjanji untuk datang.
“Ya…?”, jawabnya sambil mendatangiku dengan tergesa-gesa.
“Mengapa waktu itu kau  tidak datang?”, tanyaku. Suaraku bergetar menahan emosi. Semuanya ibarat meledak bagai bom di segala penjuru otak. Sel-sel yang masih bersemayam di tubuh seolah menguap oleh rasa yang sulit untuk dinarasikan.
“Yun…”, Ucapnya tak percaya dengan apa yang dia lihat.
“Kau sudah berjanji bukan?!! Mengapa kau tidak datang?!!!”, seruku semakin menjadi-jadi. Air mata mulai tumpah tetes demi tetes di pipi kanan dan kiri.
“Ca, I’ am so sorry”, ucapnya sambil berusaha menyentuhku.
“Jangan panggil aku dengan nama itu lagi. Kau bilang kau akan datang. Tiga kali kau berjanji padaku! Maaf, aku hanya ingin—maaf.. maafkan aku sudah membentakmu”, kedua kakiku terasa lemas. Aku terduduk begitu saja di tepian dermaga. Aku hanya  tak bisa menahannya. Semua jatuh menimpa kepala dan batin. Air mataku tak mau berhenti keluar.
“Maafkan aku. Aku sungguh ingin datang saat itu. Tapi aku betul-betul tidak bisa. Aku sedang mengurusi pernikahan kakakku. I’ am so sorry baby”, ku biarkan tubuhku tertelan ke dalam kedapannya. Ya Tuhan, aku sungguh merindukan pemuda ini. Aku tak percaya aku tak mengenalinya.
“Sudah, sudah. Kau tidak apa-apa?”, tanyanya sambil mengangkat  wajahku. Entahlah, aku hanya tak bisa menghentikan air mataku yang jatuh semaunya.
“Tidak mau berhenti”, aduku dengan kalimat putus-putus. Ia tersenyum, lalu dengan gerakan pelan ia menghapus air mataku dengan punggung jemarinya.
“Sudah yah?”, bujuknya padaku. Ku palingkan wajahku dari arahnya untuk menyembunyikan rasa maluku mengingat ini adalah kesekian kalinya aku kelepasan menangis di hadapannya.
“Umm”, jawabku singkat.
“Sekarang bagian terpentingnya”, ucapnya membuatku menatapnya dengan pandangan kaget.
“Ha?”, tanyaku bingung.
“Permintaan maafku di terima?”, tanyanya sambil tersenyum. “Maaf ya?”, sambungnya sambil mengusap kepalaku dengan lembut.
“Hahhhh, aku memang tidak bisa menolakmu”, jawabku sambil tersenyum.
“Haha, baiklah. Ayo pulang dan katakan kabar berita ini pada Rere dan yang lainnya”, ucapnya sambil menuntunku menuju motornya yang terparkir tidak jauh dari situ.
“Rere? Yah, aku ingin sekali menemuinya”, ungkapku dengan nada datar. Aku ingat semua ini. Sebuah memori yang membuat hidup ini menanjak dan menurun dengan alaminya. Sebuah putaran kisah yang besar melampaui lautan yang dapat di jangkau oleh panca indera. Motor melaju kencang saat lampu merah terakhir terlewati dengan selamat. Dinding asrama mulai terlihat saat tikungan terakhir dilewati. Motor terparkir dengan sempurna dan aku pun turun dari sana. Ku langkahkan kakiku dengan cepat melewati pintu-pintu kamar yang berjejeran. Ku letakkan helmku di atas meja dan berjalan dengan cepat menuju kamar Rere. Ku buka pintunya dan dia tak ada di sana. Aku kembali ke beranda depan dan memanggil nomornya di ponselku. Faya tampak kewalahan mengikutiku.
“Ada apa? Mana Rere?”, tanyanya.
“Halo? Kau dimana? Di atap? Oke”, telpon terputus dan aku mulai membajak tangga dengan kaki-kaki mungilku. Langkah kaki Faya terdengar lebih berat di belakangku. Anak tangga terakhir terpijaki dan tibalah aku di atap. Tampak Rere berdiri di pojok kiri atap yang kosong. Tepian yang menjadi tumpuan akhir kaki ini sebelum tubuh ini jatuh dan menimpa beton yang keras di bawah. Rere menoleh dan tersenyum padaku. Ia melangkah pelan mendekatiku.
“Yunita, kau sudah pulang? Mengapa kau—“, satu tamparanku mendarat di pipinya sebelum kata-kataya merangkai kalimat yang sempurna.
“Ca??! Hei…. Tenanglah”, Faya menarikku ke belakang menjauh dari Rere. Wajah Rere tampak pucat pasi. Nafasku naik turun menahan emosi yang meledak karena lama di sembunyikan dalam jiwa yang kehilangan memori penting. Dan kini saat memori itu kembali, aku tak bisa menahannya lagi.
“Yunita….”, ucap Rere tidak percaya.
“Jangan berpura-pura baik lagi denganku. Aku tahu apa yang kau lakukan kemudian memperlakukanku seperti orang bodoh saat ingatanku mulai menjadikanku seperti orang gila. Aku ingat semuanya Rere. Aku ingat saat  kau mengatakan bahwa Faya harusnya lebih pantas dengan orang sepertimu. Bahkan kau mengaku sama orang-orang di asrama sebelah bahwa kau adalah pacarnya. Mau katakan sesuatu?”, sahutku dengan nada pelan. Genggaman Faya terlepas saat kata-kataku mulai meluncur satu-persatu.
“Apa?”, ucap Faya tak karuan.
“Aku tahu, kau memanfaatkan momen saat ayahku sakit dan akhirnya meninggal untuk bisa dekat denganku dan mendekatinya juga. Kau juga yang mengajakku minum waktu itu kan? Dan bodohnya, aku mempercayaimu bahwa kau tak akan membodohiku seperti ini. Mau tahu sesuatu yang mengganjal di otakku selama ini? Mengapa kau mendorongku dari atap?!!! Mengapa kau lakukan itu? Aku mungkin mabuk, tapi aku masih cukup waras Re. Sekarang maukah kau bercerita?”, semakin lama nadaku semakin meninggi. Faya semakin terkejut. Pandangannya tak lepas dari Rere. Di depan sana, Rere tampak diam seperti patung. Dengan gerakan pelan ia membuka jaketnya, membiarkan kemeja tipinya dipermainkan angin malam.
“Kau tahu, mungkin kau tidak akan percaya tapi sungguh, aku tak sengaja melakukannya. Awalnya sebenarnya akulah yang akan jatuh ke bawah sana tapi aku menimpamu dan kaulah yang terjatuh. Aku terlalu takut untuk mengaku. Aku hidup dengan perasaan bersalah selama ini. Dan masalah Faya, okelah maaf. Aku hanya belum bisa melupakannya. Aku tak bisa melupakannya. Aku merasa bahwa akulah yang pertama melakukan hal-hal special itu padanya. Akulah yang pertama memasakkannya dan membuatkannya kopi di pagi hari dan aku tak ingin ada wanita lain yang menggantikan posisiku. Saat mendengar kalian berdua pacaran, hatiku sangat hancur. Mendengar kalian telah bertunangan, hatiku lebih hancur lagi. Tapi aku  masih belum bisa melupakanmu Faya. Maafkan aku Yunita. Maafkan aku sudah membujuk Ibumu agar kau di bawa ke tempat penampungan. Maafkan aku”, sahutnya dengan nada pelan. Air matanya mulai berlinangan.
“Aku hanya tak menyangka”, sahut Faya dengan nada bergetar.
“Mengapa kau tak bisa mencintaiku sepertinya Fay”, tanyanya pada Faya.
“Karena kau tidak sepertinya”, jawab Faya singkat. Tangisan Rere semakin membesar. Langkahnya semakin munduk ke tepian.
“Yunita, maaf. Aku betul-betul tidak sengaja. Aku sama sekali tidak berniat membunuhmu. Kau tahu, aku sangat ketakutan”, ungkap Rere.
“Masing-masing manusia punya kesalahan kan? Tapi maaf, ini tidak akan seperti yang dulu lagi. Jangan ganggu kami lagi”, ucapku sambil memalingkan wajahku dari pandangan Rere.
“Terima kasih Yun. Tapi maaf, aku tak bisa melepaskan Faya begitu saja. Jadi mari bersaing dengan sehat”, kataya sambil menjulurkan tangannya padaku. Aku tertawa sinis sambil memperbaiki letak rambutku.
“Dia tunanganku. Mengapa aku harus bersaing untuk mendapatkannya?”, semburku.
“Setidaknya kita salaman sebagai tanda bahwa kau memaafkanku dan aku akan menjauhimu”, kata Rere sambil menghapus air matanya. Ku langkahkan kakiku menuju tepian sambil menyambut tangannya.
“Kau tahu Yun, aku tidak akan rela!”, ia menarikku dan menyentakkanku ke tepi gedung. Badanku tersentak dan bergerak jatuh dari atas asrama. Sebuah tangan menarikku kembali ke atas. Faya berteriak seraya menarik tangan dan jaketku untuk kembali ke atas. Rere bergerak mendorongku dengan sekuat tenaga, tapi tubuhku sudah terlanjur terangkat ke atas. Rere hanya menabrak udara kosong dan akhirnya ia jatuh ke bawah. Hanya suara teriakannya saja yang terdengar.
“Rere!!!!”, seruku. Biar bagaimana pun aku tak ingin ia mati. Aku tak ingin siapapun mati. Tubuh Rere tampak berlumuran darah di bawah sana. Oh Tuhan, lindungilah kami. Faya mendekap tubuhku yang gemetaran.
Alam menjadi jalan yang berliku. Kehidupan yang naik turun seperti air, mengambang seperti udara. Isi bumi yang berdesakkan mencari kedamaian. Malaikatku telah kembali dan aku akan mengingat ini. Aku ingat bahwa Tuhan tidak buta dan selalu ada kebahagiaan di balik tinta hitam yang membuat layar hidup menjadi kotor, yah mereka akan selalu ada.
END

Salahkah menjadi beda???

Terik seolah menghantam sanubariku kala tatapan itu kembali menghadang sudut lorong..
Apa yang tlh ku lakukan kepada dunia??
Bukankah kau dan aku adalah manusia yg sama??
Ukuran hati kita bukanlah pembeda bukan?

Hah, ruangan ini menjadi semakin dingin saja..
Semua yg ada di hati dan di ingatan mulai terambati kisah2 pedih..
Sebuah meteor besar menghantam sudut otak kecil dgn cepatnya..
Awan2 mulai memanggil angin..
Bukankah semua org punya hak ut bebas??
Apa arti jeruji2 ini??

Tatapan itu kembali mengintip di sudut lorong..
Semua ini hanyalah sandiwara dunia yang ingin membuat kita berjarak krn ego..
Langkahku tertatih saat mereka pergi..
Tpi, inilah aku dan aku harus bangkit bukn??
Tapi, mengapa lalu aku di buang???

Mataku semakin parih saja...
Ku tarik ulur kaki-kaki mungil ini..
Peluh tertumpah ke wajah tanah..
Teringat olehku setiap tapak kakiQ yg membeku...
Aku hendak kemana???
MalaikatQ telah peri ke t4 yg jauh...
Bisakah sayapnya segera sembuh ut sekedar mengunjungiku saja??/

Lalu mengapa aku di buang??
Aku hanya ingin menjadi seperti apa yg tlh di berikan Tuhan padaQ
Berubah bukanlah seperti hal kau membeli permen kemudian membuangnya..
Aq adlh aku dan kau adlh kau...
Ingatkah kau d saat semua org punya t4 ut berteriak dan menangis..??
Ya Allah...... aku memang salah..

Aku salah membaca dunia ini...
Aku salah saat aku merasa bahwa aku akan abadi di suatu tempat....
Aku bisa tertsenyum dan tertawa di kekalnya waktu yg menyelimuti...
Aq dan bayangan mengais dedaunan di udara....

Nama saya Ayu Sarnita Sudin. Semua org memanggilQ Yuyun. Yah, seorang wanita biasa dengan kemampuan menulis yg pas-pas-san ^_^

Semua tulisanku galau????
Jangan tanya mengapa.... -_-

7 Tanda-Tanda Wanita Sedang Cemburu



https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQWiSOWOYKNA-UOeVcV1nyXj0Xl5wPTO3jebtxi3sVmXTls9-R8

Seorg wanita, umumnya yan sifatnya pemalu itu akan taakut menyampaikan kepada sang kekasih bahwa dia sedang dlm keadaan cemburu. Ini di sebabkan oleh beberapa hal. Yang pertama mungkin karena ia merasa cemburu adalah sifat yg kekanak-kanakan, kemudian bisa jadi karena dia takut sang kekasih akan marah padanya. Apa lagi, si Pria blm mjd sang kekasih, Artinya si Wanita masih menyukainya secara sembunyi2. Wah, ini yg lebih pedis!! ( :P ) Bagi kalian2 para lelaki, silahkan di simak yah..

1. Lihat tatapan matanya
    Tatapan mata adalah hal yang lebih jujur dari kata2 yg di keluarkan oleh lidah kita. Umumnya jika seorg wanita merasa cemburu, maka ia tdk akan melihat ke arah matamu. Kemudian ia umumnya akan memutar bola matanya di ikuti gerakan bibirnya yg menipis. Para wanita biasanya tdk menyadari akan hal ini.

2. Gerakan badannya
    Spontan meremas tangan atau pun langsung melipat tangan adalah tanda bahwa ia merasa terganggu akan sesuatu. Entah itu mungkin karena Anda sedg mengbrol dgn begitu akrabnya dgn wanita lain, ataupun karena di saat kamu pergi degnnya, eh malah godain wanita lain (wahhhhh, dia bisa2 mimpi buruk tuh) hehehehe

3. Menanggapi seadanya (jutek sesaat)
   Karena adanya perasaan jengkel yang masih sementara berdiam di dalam dirinya, maka wanita yg sedng cemburu akan menaggapi Anda seadanya saja. Contoh, di saat Anda bertanya "Bagaimana hari ini?", ia cukup akan menjawab Anda dgn "Baik", setelah itu semuanya hening..

4. Akan terlihat lebih murung dari biasanya
    Yah, suasana2 galau begitu.... YAng biasanya kmu bisa membuatnya tersenyum degn mudah dalam sekejap, eh, yg ini sih rada2 susah. 

5. Menghindari kedekatan/sentuhan
   Ummm, jlas aja ini terjadi hanya sesaat saja. Yah, kalau moodnya sdh baik kembali pasti akan berjalan normal kembali. Biasanya kamu mungkin sering menyentuh lengan/pipinya, tapi dlm keadaan cemburu, ia biasanya akan menghindar.

6. Amati tingkah2 konyolnya
   Contoh : Saat kamu sdng membawa taman wanitamu ke tempatmu atau siapapun itu lah yg jelasnya wanita dan mungkn kmu amat sangat terlihat akrab sama dia, yah si Wanita akan datang dan mengganggumu. Contoh, dia akan menanyakan sesuatu padamu, entah itu apalah, inilah, itulah sambil curi2 pandang ke arah wanita yg kau bawa itu. Ini semata2 ia ingin menunjukkan kedekatanmu bersamanya di depan wanita yg kamu bawa itu, ini sih untuk yg ceweknya mash sembunyi2 rasa begitu. Nah kalau yg udah pacaran, umumnya wanitanya tdk akan segan2 melakukan sentuhan, seperti menggenggam atau menarik lengan Anda sambil menanyakan sesuatu seperti yg di atas tadi. Tak jarang mereka juga kadang lewat2 tdk jelas di depanmu dan teman wanita yg kamu bawa. Lewat mau ambil inilah, itulah, hhmmmm. Selain itu, lihat juga tatapannya pada teman wanita Anda, yah, kamu tahulah kayak apa jenis tatapannya, mau di bilang tatapan marah juga tdk, jengkel, aduh gag tahu, malu2, gag tahu juga, amati sendirilah.. hehe XD.

7. Amati perkataannya
    Apa bila kamu bertanya secara langsung padanya. "Kamu cemburu yah?", atau "Gak apa2kan saya bawa teman cewek?", nah pacar anda akan berkata "Gak apa2 kok", tapi intonasi dan ekspresinya lucu. Jika si Wanita hanya bergelar sbg secret admirer, yah pas saat kamu bertanya "kamu kenapa?", yah dasar wanita, ia akan menjawab "am fine", dgn senyuman kikuk.


Yah, itulah 7 tanda2 wanita yg sdng cemburu. Masing2 wanita sih memang beda2 dan tulisan di atas hanya mencoba mewakili salah satu saja hehehe :)
Semoga bermanfaat yah...



16 Tanda Wanita Sedang Jatuh Cinta


Tanda-Tanda jika wanita sedang jatuh cinta

Seperti lirik dalam sebuah lagu dangdut "Jatuh cinta berjuta rasa" Mbak bro :)
Tdk pilih pria atau pun wanita, muda ataupun tua, pasti pernah merasakan hal yang satu ini. Tapi yang mau di bahas di sini yg masalah wanita aja gan! Karena pada umumnya, wanita jika sedang jatuh cinta, itu 1:3 deh ribetnya di banding pria. Nah, berikut adalah "Tanda-tanda jika wanita sedang jatuh cinta". Semoga bermanfaat yah :D

1. Suka melamun
    Jangan heran jika Anda sering melihat seorang wanita tengah duduk menyendiri di sebuah tempat yang terpencil bahkan gelap dengan kedua headset ataupun sebuah pulpen dan kertas ataupun laptop di depannya. Ini tandanya ia sedang memikirkan sesuatu. Cuma, jika Anda ingin mengetahui apa yang sedang dia pikirkan tanpa bertanya, amati saja ekspresinya dari jauh. Jika dalam waktu2 selang ia menghela nafas beberapa kali di sertai tatapan yang kebanyakan mengarah ke atas plus senyum2 gag jelas, PPlllooookkk!!!!! Wanita ini sedang memikirkan seorang yang di sukainya. Namun apabila ia menundukkan kepalanya dalam2 dengan posisi yg agak meringkuk, atau dengan memeluk lututnya sendiri, baiknya kamu memberinya waktu beberapa saat ut menyendiri, sampai posisi duduknya menandakan hal2 yg bersifat terbuka, nah, barulah kamu dekati :D. (karena pada umumnya posi2 ini terjadi bla si Wanita sdg ada masalah gan!!)

2. Perhatiannya kepadamu Lebay
   Jangan heran jika ada seorang wanita yg mendekatimu dan menanyakan keadaanmu setap hari. Atau bahkan saat kau hanya lecet sedikit saja dia sudah paniknya bukan kepalang. Ini tandanya, dia peduli sama kamu. Ummnya, pada bagian ini si Wanita akan selalu memperhatikan kondisi kesehatanmu dan bertanya "Bagaimana hari ini?", sebagai tanda bahwa dia ingin tahu hari2mu baik2 saja. Jika kamu mmg punya rasa terhadap si dia jg, maka tanggapilah perhatian dia (yah, meskipun pasti agak risih jg dgn ke "lebay"annya) dan berikanlah perhatian kepadanya jg. Ia juga selalu menawarkan bantuannya padamu. Peduli akan setiap masalah yg kau hadapi dan menyemangatimu dgn caranya yg khas.

3.Lihat Tatapan matanya kepadamu
  Wanita yg sdng jtuh cinta umumnya ingin sll berada di sampingmu setiap saat, setiap waktu (Ciiiihhhuuuyyyy :P). Maka dia akan sll mendapatkan alasan ut bersama dgnmu. Yah, minta laptopnya di benarin-lah, minta di ajarin ini-lah, itu-lah, dan msih banyak lagi. Intinya, ia sll ingin melihat kamu. Jika kalian sdng berkumpul bersama tmn2, maka Wanita yg yg satu ini lebih banyak tatapannya mengarah kepadamu. Atau saat kalian sdng duduk2 berdua, maka ia akan "mencuri2 pandang ke arahmu". Dan saat dia ketahuan bahwa ia sedng senyum2 sendiri sambil menikmati wajhmu maka ia akan langsung mengalihkan pandangannya ke arah yg lain. (Ini adalah ekspresi yg paling lucu).

4. Terbuka
   Wanita yg sdg jatuh hati umumnya akan terbuka kpd kamu bahkan hal2 yg bersft privasi sprti masalah keluarga, keuangan ataupun ttg mantan pacarnya. Nah, mulai sekarang bertanyalah kepadanya yah!!! :D

5. Selalu memperthatikanmu
    Ingatlah saat2 dimana kalian sdng duduk2 bersama di suatu t4?? Saat kamu menjelaskan ttg sesuatu kepadanya?? Maka ia akan memperhatikan Anda dgn serius. Biasanya chanel tatapannya tidk akan terganti ke t4 lain selain ke wajah Anda :)
Dia juga mengingat hal2 kecil ttg kamu. Seperti kebiasaan kamu seperti menggaruk2 kepala, menjilat2 bibir, seperti cara kamu memegang gelas, hal2 yg kamu suka dan tdk suka, kalimat2 yg sering anda ucapkan, makanan kesukaanmu, pokoknya hal2 yg serupa dgn hal trsbt.

6. Keseringan menyebut namamu
   Saat si Wanita sdg jatuh cinta, ia jadi ketagihan menyabut namamu. Bahkan pada saat ia memanggil org lain, dia tidak jarang keceplosan memanggil orang tersebut dengan namamu.

7. Membuka info di internet all about "MEN" n "LOVE"
   Jangan katakan bahwa wanita dengan senyuman yg menawan dan tingkah yg anggun adalah wanita yg hanya berdiam diri dan menatap org yg ia sukai dari jauh saja. Salah satu cara untuk mengerti pikiran kamu yaitu dgn cara mncari info2 unik masalah asmara dan pria. Dia makin sering membaca informasi2 dan artikel2 di internet, di buku dan majalah demi mendapatkan informasi yg akurat. Ayo makanya, lihat history dan halaman offlinenya.!! Jangn lupa lakukan scra sembunyi2!! Hahaha :D

8. Keseringan melihat wall facebookmu
   Saat sdg Online dan membuka facebook, si Wanita yang jatuh cinta selalu di penuhi oleh rasa penasaran ttg apa yg kamu lakukan, apa status terbaru Anda, bahkan komen2nan kamu sama tmn2 kamu amblas dia baca semua. Wlaupun dia malu2 ut komen atwpun like status kamu takt ketahuan kalw dia sll ngiptip sembunyi2, tp mrk ttp membaca status2mu sbg kegiatan rutin malahan. :P Intip history di laptop ataw hpnya ja bro!!! :D

9. Selalu mengingatmu saat sedang sholat/ibadah
   Wanita yg mencintaimu dgn tulus, pasti akan mendoakanmu agar kamu senantiasa mendapatkan kemudahan dan kebahagiaan dlm hidupmu.. :)

10. Menyiapkan kejutan di hari ULTAHMU.
     Hal ini dapt terjadi bila si Wanita dan kamu sdh lama kenal atau berteman. Tetapi jika dia mengagumi/menyukai seseorg yg blm di kenalinya maka ini mustahil terjadi. Bagi kamu yg sdh kenal, maka lihat ekspresi dan pandangan matanya saat ia menyanyikan lagu "Happy birthday to you". Kebanyakan wanita yg sedang menyimpan perasaan akan memelankan suaranya dan senyum2 pada saat kalimat "TO YOU" ia ucapkan. Pada saat mengucapkan kalimat ini jg perhatikan matanya. Biasanya ia mengedipkannya sejenak atau menundukkan kepalanya sejenak untuk menyembunyikan rasa groginya.

11. Mencari2 wktu memanjakanmu
     Ini sih lebih menunjukkan ke sifatnya dia saja kepadamu. Contohnya pada saat kau terbatuk2 atau tersedak, dia spontan mengelus punggunggmu dan cepat2 mengambilkanmu air, atau pada saat kau sakit dia tidk akan segan2 mengurusmu dan memasakanmu makanan yg kau suka.

12. Tdk bisa cemberut di depanmu, terkecuali saat ,melihatmu bersama wanita lain
     Terlalu lebay memang mengatakan kalau dy tdk bisa cemberut di depanmu. Tapi entah mengapa, wanita ini akan selalu tertawa lepas saat bersamamu. Dan dia juga menderita penyakit prasangka tingkat tinggi. setiap wanita yg sedang jalan denganmu akan membuatnya negatif thinking. seperti "Apakah wanita itu adalh pacarmu? Kemana kalian pergi?? Apakah kau sdg pedekate dg wanita yg sedang bersamanya itu??
Hati si wanita ini akan di liputi ketidakpastian saat melihat kondisi ini.

13. Kalau putar lagu, kebanyakan lagu cinta2
     Hal yg satu ini mmg yg paling di lihat oleh org luar. Si Wanita biasanya akan di ganggu2 oleh tmn2nya saat dia memutar lagu ttg cinta. Biasanya dia akan menghayati dan berapi2 saat menyanyikan liriknya.

14. Dia akan medatangi t4 yg akan mengingatkannya denganmu
     Jagn heran jika t4nya melamun adalah t4 yg itu2 juga, bisa jadi t4 tersebut adalah t4 yg mengandung memori yg paling dia ingat bersamamu.

15. Grogy bila di tatap dekat!!!!
     Meskipun si wanita sering curi2 pandang dan menatap matamu dengan lekat pada waktu2 tertentu, tapi dia sebenarnya sangat grory saat kau tiba2 mendekatkan wajahmu padanya dan menatap matanya. Biasanya  si wanita akan berubah mjd gagu atau terdiam beberapa detik dgn posisi itu.

16. Tersenyum saat nama org yg disukainya di sebut
     Wanita yg satu ini akan tersenyum atau terdiam beberapa saat ketika nama org yg dia sukai di sebut atau di dengar. Yah, meskipun itu hanya org lain yg namanya kebetulan sama dgn nama si "dia". Tetapi dia akan tersenyum atau terdiam saat mendengarnya.

Ok Mas Bro, itulah 16 Tanda-tanda wanita sedang jatuh cinta kepadamu :)
Jadi bagaimana??? Apakah ada yg menunjukkan tanda2 tersebut padamu??? Kalau kamu memiiki perasaan yg sama, ya sudah!!! Sikat aja Gan!!! :D

Ayo, yg senyum2 pasti gy jatuh cinta jg... :P

Salam yah :)